![]() |
Penggalian Makam dalam Kasus Bayi Tertukar |
Sebuah Rumah Sakit Diduga melakukan penukaran bayi yang dilahirkan kemudian meninggal. Sekedar kesalahan administrasi?
Kedua orang tua bayi dan pihak keluarga menduga pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menukar bayi mereka. Pasalnya, sejak dilakukan USG Sabtu, (19/04/2014) sekitar pukul 09.00 wita hingga melahirkan di hari yang sama sekitar jam 14.00 wita, bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki–laki. Namun setelah meninggal, Sabtu ( 03/05/2014 ) surat dari RSUD TC yang diterima pihak keluarga menjelaskan bahwa bayi tersebut berjenis kelamin perempuan.
Orang tua bayi Ardiana Sing (27) dan Erdi Edy Jandu (33) mengeluhkan perlakuan yang diterima mereka ketika disambangi Ombudsman Indonesia, Senin (05/05/2014) di kediaman mereka di RT 0 RW 02 kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.
Menurut Ardiana, mayat bayi yang diberikan pihak rumah sakit dalam keadaan terbungkus rapi. “Pakaian yang dibawa keluarga juga tidak boleh dikenakan kepada jenasah. Mayat dibungkus rapi pakai perban dan hanya terlihat matanya saja. Rumah sakit bilang tidak boleh buka,“ ujarnya.
Edy Jandu suami Ardiana mengatakan selain kejanggalan tersebut, sejak isterinya melahirkan hingga kabar bayinya meninggal, dirinya tidak diperkenankan melihat bayinya. Disebutkan Edy, bidan Yanti yang bertugas hanya memintanya uang Rp.150 ribu untuk beli susu tapi karena uang di kantong cuma Rp.50 ribu, akhirnya terpaksa diterima dengan catatan sisa uang tersebut harus diserahkan kepada bidan Yanti di ruangan NITU jangan ke orang lain. “Kurang lebih satu minggu kemudian baru kita diberitahu anaknya sakit. Tapi saya juga tidak boleh melihat bayi tersebut dan hanya diminta uang Rp.10 ribu setiap hari untuk beli susu,” katanya.
Data Berbeda
Dugaan terjadi pertukaran bayi menurut kedua orang tua dan keluarga cukup beralasan karena dari data USG oleh dokter Agustinus Gusti, dokter spesialis kandungan dan surat kelahiran atau data register dari RSUD TC Hillers Nomor 597/L/04/2014, tertulis bahwa bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Sejak melahirkan di kamar bersalin hingga dirawat di ruang NICU (Neonatal Intensif Care Unit) ruangan khusus bagi bayi yang lahir dengan kelainan. Tiga hari sebelum meninggal, sebut Edy, perawat mengabarkan bayinya berjenis kelamin perempuan.
“Saya minta kunjungan ke ruang NICU untuk lihat anak saya juga tidak boleh. Saya hanya disuruh perawat lihat dari luar jendela saja. Saya lihat dokter dan perawat sedang memompa bayi dan saya lihat bayinya sudah meninggal, “ tambahnya.
Selain itu, kedua orang tua bayi juga merasa janggal karena selama menerima bayi tersebut dari pihak rumah sakit hingga dimakamkan, Sabtu (03/05/2014) di depan pintu rumah kediaman keduanya, mereka tidak merasa bersedih. “Kami juga tidak buka lihat kondisi bayi tersebut dan memastikan jenis kelaminnya. Saya yang memberi nama anak saya, Mari Elisabeth Jandu. Setelah dibaptis, dan dilakukan upacara pemakaman bayi tersebut kami makamkan di rumah kami,“ sebut Edy.
Keanehan lainnya papar Edy, ari–ari bayinya juga tidak diserahkan kepadanya oleh pihak rumah sakit. Edy menambahkan, dia setiap hari menanyakan dan meminta ari–ari tersebut tapi perawat mengatakan tidak tahu.
Lapor Polisi
Merasa tidak puas, keluarga meminta klarifikasi dari pihak rumah sakit. Dua kali pertemuan, Sabtu (03/05/2014) dan Senin (05/05/2014) di ruangan sekertariat rumah sakit tidak menemukan kata sepakat. Pihak RSUD TC Hillers tetap bersikeras bahwa bayi yang sudah dikuburkan tersebut jenis kelaminnya perempuan. Keluarga bahkan sempat mengamuk di rumah sakit meminta ari–ari si bayi yang tak kunjung diberikan.
Lukas Dang Meka, perwakilan keluarga bahkan memarahi pihak rumah sakit dan menyesalkan kenapa sampai pertemuan kedua hari ini, Senin ( 05/05/2014 ) data–data yang diminta pihak keluarga tidak disiapkan pihak rumah sakit. “Pihak rumah sakit jangan beralasan data tidak ada. Waktu pertemuan dan ditanya katanya masih dicari. Di register disebutkan bayi yang lahir perempuan kenapa yang dicatat laki–laki,“ sesalnya.
Setelah berbincang dan menunggu tak ada titik temu, pihak keluarga akhirnya bergerak menuju kantor Polres Sikka guna melaporkan kasus tersebut. “Kalau pihak rumah sakit tak mau memberikan data register dan menghadirkan bidan yang menangani persalinan lebih baik kami laporkan kasus ini ke polisi saja,“ tambah Lukas dan langsung ke luar ruangan diikuti ayah korban dan perwakilan lainnya.
Pihak RSUD dr TC Hillers terlihat kaget dan mencoba mencegah agar hal ini tidak dilaporkan ke kepolisian. “Kalau keluarga meminta kami bisa buka data tersebut, mari kita bicarakan baik–baik,“ sebut dokter dan para bidan seraya memohon agar pihak keluarga tetap bertahan di ruangan pertemuan.
![]() |
Ardiana Sing (27 tahun) ibu bayi yang tertukar |
Edy ayah bayi, beserta perwakilan keluarga, Lukas Dang Meka dan G.A. Dollu, anggota Brimob Maumere, tetap pada pendiriannya dan bergegas ke kantor polres Sikka dan melaporkan kasus tersebut.
Polisi Periksa Saksi
Penyidik Polres Sikka sejak Selasa ( 06/05/2014 ) mulai melakukan pemeriksaan terhadap saksi terkait dugaan kasus pertukaran bayi di RSUD dr TC Hillers Maumere. Penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap bidan Ati, bidan Nia Meten, dan dokter Agustinus Gusti, SpOG.
Bidan Ati diperiksa dalam kapasitasnya membantu persalinan sedangkan bidan Nia merupakan bidan yang pertama mencatat administrasi dari bayi yang merupakan anak ketiga dari pasangan Edy dan Adriana. Selain itu dokter Gusti merupakan dokter spesialis kandungan yang melakukan USG sebelum proses persalinan.
“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap bidan Ati, bidan Ina dan dokter Gusti serta ayah bayi.
![]() |
Ardy Edy Janggu Ayah sang bayi yang tertukar |
Menurut Febrian, semua dokumen yang telah disita diminta dikembalikan ke rumah sakit karena ada beberapa data yang mau di foto copy. Polres Sikka juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap beberapa saksi di antaranya suster Helmi, perawat yang menerima bayi dari ruang persalinan diantar bidan Ati, Suster Nonci, suster Yanti, suster Ida dan Maria Frilian yang bertugas memandikan bayi.
Polres Sikka juga akan memeriksa Maya yang bertugas menangani bayi di ruang NICU, dokter Mario Benara, dokter spesialis anak yang memeriksa dan memberikan oksigen pada bayi. Selain itu dari jajaran pimpinan rumah sakit, Polres Sikka sebut Febrian akan melakukan pemeriksaan terhadap dokter Clara dan direktur RSUD dr TC Hillers, dokter Junaedi Sinaga.
![]() |
Pertemuan pihak keuarga dengan pihak RSUD TC HILLERS |
Dalam menangani kasus dugaan pertukaran bayi di rumah sakit umum daerah TC Hillers Maumere, Kepolisian Resort Sikka juga telah membuat surat kepada team forensik Mabes Polri guna membantu proses pemeriksaan DNA bayi. Orang tua bayi sudah membuat surat permohonan kepada Polres Sikka terkait penggalian makam untuk pemeriksaan DNA dari bayi tersebut.
Penggalian Makam
Team kedokteran Polda NTT didampingi team dokter Polres Sikka, akhirnya pada Sabtu (10/05/2014) melakukan penggalian makam sang bayi. Penggalian terkait permintaan dari dua orang tua bayi untuk memastikan bahwa bayi yang sudah dimakamkan Sabtu (03/05/2014 ) tersebut berjenis kelamin perempuan.
Kasat Reskim Polres Sikka Iptu Wirhan Arif,SH,MH yang didampingi Ipda Febrian Eko Putra,SIK, Kanit Tindak Pidana Umum Reskrim Polres Sikka di lokasi penggalian menjelaskan, team dokter dari Dokpol (dokter polisi) Polda NTT akan mengambil sedikit potongan bagian tubuh bayi untuk dicocokan dengan dengan sampel dari kedua orang tua bayi.
“Kita melakukan penggalian untuk mendapatkan data yang akan dicocokan dengan data kedua orang tua korban. Setelah mendapatkan data dari laboratorium forensic Mabes Polri kita akan melakukan penyidikan lebih lanjut,”sebutnya. Arif menambahkan, sampai saat ini sudah ada 15 saksi yang diperiksa dan belum ditetapkan tersangkanya.
Setelah mendapatkan data uji laboratorium forensik Mabes Polri, Polres Sikka baru akan mengambil langkah selanjutnya. Team dokter dari Polda NTT yang akan mengambil data sebut Arif yakni dokter Iptu Pius Pala dan dokter Muhammad Imantoyo.
Kepada wartawan yang menemuinya usai melakukan penggalian dan pengambilan sampel dari bayi dan kedua orang tua korban, dokter Muhammad Imantoyo, menjelaskan, semua data sudah diambil baik dari kedua orang tua maupun dari bayi tersebut dan mudah-mudahan datanya sesuai.
“Kami ambil sampel tulang paha pada bayi sedangkan orang tua kami ambil sample darah dan korek pada pipi sebelah dalam. Sudah kami kerjakan dan kami bawa sekarang samplenya. Besok pagi kami akan bawa langsung ke Jakarta untuk di check di Laboratorium Forensik Mabes Polri,”sebutnya.
Ternyata Bayi Laki-Laki
Penggalian makam bayi Maria Elisabet Jandu, putri dari Edy dan Ardiana menjawab teka–teki yang selama ini terjadi. Edy masih meyakini bahwa anaknya yang lahir di RSUD dr TC Hillers Maumere, Sabtu (19/04/2014 ) tersebut berjenis kelamin laki-laki. Dikatakan Edy, sampai saat ini mereka masih bingung ketika membakar lilin dan berdoa di depan makam anaknya yang dikatakan pihak rumah sakit berjenis kelamin perempuan. Bayi yang sudah meninggal Sabtu ( 03/05/2014 ) diberi nama Maria Elisabeth Jandu oleh Edy dan dibaptis sebelum dimakamkan di sisi utara pintu depan rumah mereka tersebut diduga ditukar pihak rumah sakit.
Kebingungan kedua orang tua korban sebut Edy karena bila mereka mengabaikan bayi yang sudah dimakamkan tersebut tapi ternyata itu bayi mereka dan sebaliknya ketika mereka berdoa dan berpikir itu bayi mereka ternyata pikiran mereka salah.
Ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu (10/05/2014) usai penggalian makam dan pengambilan sampel, Edy mengatakan bahwa setelah dilakukan penggalian dirinya baru mengetahui ternyata bayi tersebut berjenis kelamin laki–laki. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kanit Pidum Reskim Polres Sikka, Ipda Febrian Eko Putra,SIK via BBM kepada wartawan yang menanyakannya.
(EBED DE ROSARY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar